Ekstrakurikuler Gubuk Permainan Tradisional Cara Ampuh Meningkatkan Karakter Siswa
Penulis: Yenny Eka Herlin B.M
Sejenak kembali mengingat masa kecil dulu, ketika saya
masih usia bermain. Saat ada waktu luang, saya dan teman-teman bergegas
menuju tanah lapang untuk memainkan berbagai macam permainan
tradisional. Satu hal yang selalu saya ingat, setiap akan bermain
permainan tradisional kami selalu mengawali dengan kalimat HOM PIMPA
ALAIHOM GAMBRENG.
Akan tetapi, permainan tradisional tersebut lambat laun mulai punah.
Punah karena lahan yang digunakan untuk bermain mulai menyempit. Dan
yang pasti, punahnya permainan tradisional disebabkan kalah pamor dengan
permainan-permainan modern saat ini alias sepi peminat.
Dunia anak adalah dunia bermain. Sebagai seorang guru, tentunya kita
harus mengetahui apa yang disukai siswa. Tidak ada salahnya, seorang
guru memberikan wadah dan mengajarkan serta mengajak siswa untuk
memainkan permainan tradisional.
Gubuk permainan tradisional merupakan wadah kegiatan ekstrakulrikuler
bagi siswa dengan memfokuskan pengembangan karakter siswa. Selain itu,
di gubuk ini anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi ide dan
berkreativitas dengan permainan tradisional. Memodifikasi alat-alat
permainan tradisional sesuai dengan kreativitas menjadi salah satu
pilihan kegiatan yang dapat mendorong pengembangan nilai rasa ingin tahu
dan kreatif. Kegiatan ini di dampingi oleh guru agar proses
pengembangan nilai-nilai karakter siswa yang terkandung dalam permainan
tradisional dapat berjalan optimal pada diri peserta didik dan nilai
tersebut dapat berkembang secara optimal dalam diri peserta didik. Sikap
cinta budaya bangsa juga turut dipupuk ketika anak-anak lebih memilih
untuk memainkan permainan tradisional daripada permainan modern.
Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dapat dikembangkan dalam permainan tradisional antara lain:
No | Nilai | Deskripsi |
1 | Jujur | Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. |
2 | Toleransi | Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. |
3 | Disiplin | Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. |
4 | Kerja Keras | Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. |
5 | Kreatif | Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. |
6 | Mandiri | Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. |
7 | Demokratis | Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. |
8 | MenghargaiPrestasi | Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. |
9 | Bersahabat/Komunikatif | Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain |
10 | Cinta Damai | Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. |
11 | Tanggung Jawab | Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. |
Permainan tradisional memberikan banyak manfaat bagi perkembangan
karakter siswa. Beberapa jenis permainan tradisional yang telah
dimainkan oleh para siswa yaitu;
1. Permainan Tradisional Dakon.
Saat memainkan dakon anak dilatih bernegoisasi untuk menentukan siapa
yang terlebih dahulu memulai permainan. Kemampuan motoriknya pun
terasah tatkala ia memegang biji-bijian untuk dimasukkan pada
lubang-lubang papan dakon. Sportifitas dan kejujuran anak pun dilatih
pada saat tidak melakukan kecurangan dalam bermain.
Ini adalah foto siswa sedang bermain dakon.
2. Permainan Tradisional Ular Naga
Permainan ini dimainkan secara berkelompok dua orang anak menjaga
gerbang dan sisanya membentuk barisan seperti ular. Sambil menyanyikan
lagu kelompok yang membentuk barisan seperti ular berputar sambil
melewati terowongan atau gerbang yang dijaga dua orang tersebut, dan
ketika lagunya habis dua penjaga gerbang menangkap salah satu anak untuk
dijadikan penjaga berikutnya, dan si anak tersebut memilih untuk
ditempatkan di salah satu gerbang dan seterusnya. Berikut lagu ular naga
yang dinyanyikan “Ular naga panjangnya bukan kepalang, Menjalar-jalar
selalu kian kemari, Umpan yang lezat itulah yang dicari, Ini dianya yang
terbelakang” tentu saja lagunya bisa diganti sesuai kesepakatan
pemain. Dalam permainan ini siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi
sosial dengan teman sebayanya.
3. Permainan tradisional Cublak-Cublak Suweng.
Permainan tradisional dari provinsi Jawa Tengah ini, ternyata
memiliki banyak manfaat diantaranya memberikan pengetahuan dan melatih
skill, salah satunya kerja sama, kepemimpinan, dan mengatur strategi.
Ini adalah foto siswa sedang bermain Cublak-Cublak Suweng.
4. Permainan Tradisional Kucing-kucingan,
seluruh siswa membuat lingkaran, sambil berdiri merentangkan tangan
dan saling bergandengan, kecuali “kucing” berdiri di tengah dengan mata
tertutup. Seluruh peserta yang membuat lingkaran terus berputar atau
bergerak hingga salah seorang tertangkap. “Kucing” yang berhasil
menangkap lawannya harus menerka siapa nama lawannya. Dalam permainan
ini sikap demokrasi akan terwujud pada saat pemilihan yang akan menjadi
‘‘kucing’’ dengan suit. Kerja keras siswa yang bertindak sebagai kucing,
selain itu, sikap kerjasama juga dikembangkan pada saat pemain
mengelabui si ‘‘kucing’’ agar temannya tidak tertangkap.
Ini adalah foto siswa sedang bermain kucing-kucingan
5. Permainan tradisional Kelereng
Ada ‘aturan’ yang harus ditaati selama permainan, aturan tersebut
dibuat berdasarkan kesepakatan kelompok yang harus ditaati oleh semua
kelompok. Aturan dibuat sendiri untuk ditaati sendiri, tidak seperti
pejabat kita yang bikin aturan sendiri tapi dilanggar sendiri. Manakala
aturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota kelompok permainan,
maka buyarlah permainan tersebut. Pelajaran yang sangat menonjol dalam
permainan kelereng tersebut adalah nilai kejujuran, apabila ada salah
satu anggota kelompok permainan tersebut tidak jujur maka permainan
dipastikan akan berakhir. Ternyata pelajaran kejujuran tidak bisa hanya
diteorikan semata di dalam kelas, tapi harus langsung dipraktikkan,
seperti dalam permainan kelereng tersebut. Dalam permainan kelereng
memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan karakter dan sikap
positif dalam segala aktifitasnya terutama sifat kejujuran dan fairness.
Kebiasaan bersikap dengan nilai-nilai yang benar merupakan landasan
yang kuat dalam menjalin hubungan dengan orang lain di masa yang akan
datang.
Ini adalah foto siswa sedang bermain kelereng
Selain melalui kegiatan ekstrakurikuler, guru juga bisa memanfaatkan
waktu istirahat senggang di sekolah menjadi salah satu sarana
berkembangnya suatu budaya sekolah. Dalam rangka pengembangan karakter
siswa, waktu istirahat di sela-sela jam belajar bisa dijadikan wahana
sosialisasi permainan tradisional sebagai bagian dari budaya bangsa,
sekaligus menginternalisasikan nilai-nilai karakter yang terkandung di
dalamnya.
Tentunya, masih banyak permainan tradisional yang bisa diajarkan
untuk dimainkan oleh siswa. Kalo bukan kita yang bergerak untuk
mengenalkan permainan tradisional yang kaya akan nilai-nilai karakter
kepada generasi penerus banga, terus siapa lagi? jangan menunggu sampai
warisan budaya kita yang sangat berharga ini di klaim oleh Negara lain.
SALAM