Oleh: Yenny Eka Herlin Budhiarti.M, S.Pd
Guru SDN Keyongan Kec. Babat Kab. Lamongan
Guru adalah sebuah profesi yang sangat istimewa, karena ucapan dan tindakannya akan sangat menentukan kepribadian anak didiknya. Wawasan dan keahliannya akan membentuk pandangan dan sikap anak didiknya akan kehidupan dan masa depan. Sehingga, tidaklah berlebihan bila ada yang menyebut profesi guru sebagai rahim bagi segala jenis profesi.
Namun sangat disayangkan, masih banyak guru yang tidak menyadari keistimewaan dari profesi yang digelutinya, mereka masih berpikir guru adalah profesi yang kalah hebat dari profesi dokter, arsitek dan lain-lainnya. Sehingga rasa minder, rasa tak percaya diri selalu ada dalam benaknya. Jika rasa bangga tidak ada dalam benak setiap guru, maka akan berdampak kepada kinerja dan keprofesionalismenya. Mereka akan cenderung asal bekerja dan apa adanya tanpa kreativitas, kurang bertanggung jawab dan selalu mengeluh serta menyalahkan siswa. Akhirnya, anak didiklah yang akan menjadi korban.
Rasa bangga sebenarnya akan melahirkan rasa kecintaan terhadap profesi, tanpa rasa cinta terhadap profesi ini maka setiap guru tidak akan bisa bekerja dengan hati. Mengaplikasikan cinta dalam dunia pendidikan, sebenarnya ini bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi, memang masih sangat jarang sekali ditemui seorang guru mengajar anak didiknya murni didasari atas perasaan cinta, walaupun ada jumlahnya relatif sangat minim. Padahal, sangat berpengaruh sekali ketika seorang guru mengajar dengan didasari atas rasa cinta dari hati. Seorang guru yang memiliki rasa kebanggaan akan profesi yang digelutinya, hatinya akan penuh dengan ketulusan dan kesungguhan. Karena, pekerjaan apa pun yang tidak menyertakan hati akan terasa hambar.
Idealnya menjadi guru memang bukan sekadar melakukan pekerjaan biasa, tetapi juga memenuhi panggilan hati dan melakukan perjalanan spiritual. Cita-cita tersebut sesuai dengan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pemandangan seperti kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan akan berkurang jika banyak guru memahami hakikat pendidikan seperti yang tersirat dalam amanat undang-undang tersebut.
Seorang guru yang memaknai bahwa profesi guru adalah panggilan hati akan memaknai tiap ucapan dan tindakan sebagai bagian perjalanan panjang untuk melayani anak manusia dalam peradaban. Mereka senantiasa dengan tulus ikhlas dan penuh sabar mencurahkan semua tenaga dan dedikasinya dalam membimbing para siswanya untuk menjadi manusia yang cerdas, berkualitas baik pengetahuan dan keterampilan serta berakhlakul karimah. Dengan penuh semangat, mereka akan melahirkan generasi yang cerdas bukan sekedar bisa naik kelas, bukan hanya bisa lulus tapi menjadi pribadi-pribadi yang penuh semangat meraih mimpi-mimpinya.
Semua itu bisa dilakukan sejak saat ini dan dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Utuh dan fleksibel dalam mengemas pembelajaran. Metode-pendekatan dan media yang dipergunakan bervariasi, tidak hanya ceramah/informatif saja, tetapi juga dengan berbagai pendekatan yang menarik, namun tidak lepas dari komponen segi kognitif-afektif dan psikomotorik siswa. Terlibat secara penuh untuk mengamati, menganalisa, memahami gaya belajar dan kemampuan masing-masing siswa sehingga dapat menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran. Memotivasi siswa untuk berkeinginan belajar terus-menerus dan memberi peluang untuk belajar sesuai dengan kemampuannya.
Rasa malas bukanlah penghalang bagi guru yang mempunyai tekad untuk menjadi guru yang lebih baik lagi setiap harinya. Kurangnya fasilitas juga tidak menjadi penghalang untuk menjadi kreatif. Semuanya bisa dikalahkan dengan tekat yang kuat, tekad menjadi guru yang tidak berhenti belajar dan tidak berhenti mengembangkan diri. Masa belajar seorang guru tidak akan pernah habis, sikap seperti itu harus ditopang dengan kerendahan hati agar sikap belajar tanpa henti menjadi kebiasaan atau habitus. Sebuah kebiasaan yang tidak dijadikan tugas atau kewajiban apalagi tuntutan, melainkan merasa bebas dan bahagia dalam melakukannya. Semuanya itu bisa dilakukan apabila kita memberikan hari dan waktu dalam melakukan permenungan atau refleksi sebelum dan sesudah proses mengajar belajar dengan hati. Menjadikan diri sebagai teladan pembelajar dan memiliki hati bagi sang pelajar, sehingga anak terangsang untuk berlomba-lomba dalam belajar.
Totalitas dan keikhlasan guru dalam menunaikan amanah sebagai pendidik merupakan cerminan dari keberpihakannya kepada nilai-nilai kemanusiaan. Karena profesi guru selalu berkaitan erat dengan pergulatan tiada akhir dalam upaya pemberantasan kebodohan dan pembentukan ahlak mulia. Mengasah keterampilan hidup yang merupakan modal dan bekal siswanya di masa depan.
Jangan sekali-kali menjadikan profesi guru sebagai pelarian atau hanya tergiur karena tunjangan semata. Jika anda belum siap menjadi guru yang mendidik dengan hati, lebih baik carilah profesi lain selain guru. Karena saat ini dunia pendidikan benar-benar membutuhkan seseorang yang siap ditempa menjadi guru, didorong oleh panggilan hati dan tidak terpaksa menekuni bidang yang dipilihnya.
Sebagai guru yang mendidik dengan hati setidaknya mampu memberikan jejak-jejak kehidupan bagi siswa dan mampu menginspirasi setiap langkah siswa. Bagi mereka proses keteladanan atau memberi contoh melalui sikap dan tingkah laku yang baik merupakan strategi yang ampuh dari sekedar mengajar di depan kelas. Belajar menginspirasi agar bisa membawa nafas perubahan bagi siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak hanya cerdas intelektual tapi juga cerdas spiritual. Karena mereka adalah tunas-tunas muda Indonesia penerus bangsa. Tunas-tunas nusantara yang akan tumbuh menghijaukan peradaban dunia. Tunas-tunas nusantara yang mampu berbaur dengan masyarakat dunia dengan tetap menonjolkan karakter bangsa Indonesia. Mareka adalah pelukis wajah-wajah masa depan Indonesia.
Terus semangat guru-guru Indonesia dan seluruh dunia. Ikhlaskan diri untuk mendidik dengan cara yang terbaik. Buat tabungan akhirat kita semakin bertambah dengan mengajar dan mendidik. ketika kita mengajar dengan hati, insya Allah apa yang kita berikan kepada peserta didik dan apa yang kita kerjakan akan terasa nikmat dan tentunya mendatangkan pahala yang berlimpah. Maju terus pendidikan Indonesia.
(Artikel ini dimuat di majalah Media, majalah pengembang pendidikan provinsi Jawa Timur. Edisi : Pebruari 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar